السلام عليكم ورحمة الله وبركاته selamat datang di "HANIVA TARJUMAN MELATI" "
Showing posts with label keislaman. Show all posts
Showing posts with label keislaman. Show all posts

Monday, July 30, 2012

Membangkitkan Aura dengan Wudhu


Istilah aura sangat tidak asing lagi di telinga kita, aura itu sendiri adalah pancaran sinar dari dalam diri seseorang yang menampakkan pesona tertentu yang bagi sebagian orang mungkin dengan tujuan tertentu pula. Ada diantara mereka yang ingin terlihat menarik, mudah mencari rizki dan sebagainya. Namun yang terpenting dari semua itu adalah pancaran pesona batin yang merupakan anugrah Ilahiyah bagi siapa saja yang Allah kehendaki. Banyak cara yang dilakukan orang untuk membangkitkan aura dalam diri mereka, seperti totok aura, olah tenaga dalam dan bahkan dengan cara peasangan susuk. Nah, selaku muslim hendaknya kita tahu bahwa ada cara-cara tertentu yang bias kita lakukan untuk membangkitkan aura itu sendiri. Salah satunya dengan amaliah taharah yaitu berwudhu. Dalam hak ini tentunya wudhu yang benar-benar sesuai dengan aturan fiqhiyah. Artinya seseorang yang berwudhu tahu betul mana rukun dan sunnah-sunnahnya, tahu betul bacaan atau doa-doa tertentu dalam berwudhu dan tahu betul batasan air sebagai sarana wudhu. Mungkin bagi sebagian orang sudah banyak tahu tentang rukun, sunnah, dan jenis air yang bias dipakai untuk berwudhu. Namun tidak sedikit yang mengetahui doa-doa apa saja yang dibaca saat berwudhu. Berikut ini adalah doa-doa yang dibaca pada saat berwudhu: 1. Doa membasuh tepalak tangan sebelum berwudhu:

Friday, July 20, 2012

[ ] BERPUASALAH NISCAYA KALIAN SEHAT [ ]



    
Allah Swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, niscaya kamu menjadi orang-orang bertakwa”. (QS: Al-Baqarah: 183)
 
Dan sungguh kamu berpuasa itu baik bagimu” (QS; Al-Baqarah: 184)

perhatikan firman Allah surat Al-Baqarah: 184 tadi, mampukah ilmu pengetahuan modern menguak rahasia firman Allah tersebut?  Atau mampukah ilmu kedokteran modern menentangnya?   Berdasarkan hasil riset para ahli kedokteran ternyata puasa bagi tubuh manusia adalah satu hal yang mesti dilakukan dan sangat berpengaruh bagi kesehatan. Kemestian berpuasa sama halnya dengan makan tidur dan beristirahat, tubuh manusia akan lemah jika kurang tidur , makan dan istirahat[].

Puasa disamping sebagai amaliah ibadah juga memiliki hikmah ilahiyah yang sangat besar, dengan kata lain Allah ingin agar hamba- hamba-Nya mendapatkan kebaikan dan manfaat baik. Dengan demikian berpuasa adalah amaliah ibadah yang menyehatkan[].

Manfaat berpuasa bagi tubuh manusia antara lain:

1. Puasa dapat mengistirahatkan dan meringankan kerja pencernaan yang akan memudahkan keluarnya zat-zat beracun dari dalam tubuh.

2. Saat-saat berpuasa adalah saat pemulihan dan persiapan bagi tubuh untuk .

3. Berpuasa dapat memberikan kemampuan lebih pada tubuh untuk mengurai zat-zat yang berlebih.

4. Berdasarkan hasil riset para ahli ternyata berpuasa dapat membuat awet muda.

5. Puasa dapat membentuk antibody.

6. Puasa sangat bagus bagi kecerdasan dan kepekaan berfikir.

7. Puasa adalah obat.

            Jika orang yang berpuasa dapat menjaga pola makan yang tidak berlebihan niscaya pada akhir bulan ramadhan ia akan merasakan banyak manfaat bagi tubuh dan akal. Ada sebuah hadits yang diriwayatkan al-Nasai dari Abi Umamah:[ “Aku berkata: “wahai rasulullah, perintahkan padaku akan satu amal yang dengan amalan tersebut Allah memberikan manfaat bagiku”. Beliau bersabda: “engkau harus berpuasa, maka sesungguhnya itu tiada bandingannya”]

            Dalam hadits lain yang diriwayatkan al-Thabrani beliau bersabda: “Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat”.[]


Diterjemahkan dari; http://www.manhag.net/main/2010-06-09-12-44-25/2011-06-02-21-17-15/7419-2011-06-01-16-54-26.htmwww.hanivatarjumanmelati.blogspot.com/search/label/KEISLAMAN

Thursday, July 19, 2012

SEBAB-SEBAB TERJADINYA SUUL KHATIMAH


Anda pasti tidak asing lagi dengan istilah "suul khatimah", ya, jika diterjemahkan berarti "akhir yang buruk".  Suul khatimah tidak serta merta terjadi pada seseorang tanpa adanya sebab-sebab tertentu, nah, sebab-sebab inilah yang harus menjadi perhatian kita agar terhindar dari hal tersebut. 

Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang jatuh pada akhir yang buruk/ suul khatimah dan salah satu penyebab terbesar adalah rusaknya 'akidah, jika sudah demikian maka orang tersebut sangat membutuhkan pertolongan Allah Swt.

Hal-hal lain yang menyebabkan terjadinya suul khatimah adalah;
1}. Cenderung dan amat tergantung pada dunia.
2}. Berpaling dari sikap istiqamah.
3}. Terbiasa melakukan maksiat.

Saat kita sudah terbiasa melakukan sesuatu maka lambat laun kita akan sangat tergantung padanya dan hal itu akan selalu diingat hingga detik-detik terakhir menjelang kematiannya. Dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya dosa, maksiat dan syahwat dapat membuat pelakunya kecewa ketika sedang menghadapi ajal, ditambah lagi peran syetan terhadapnya. Dua kekuatan jahat itu berhimpun menghadapinya saat keimanannya  justru sangat lemah. Akibatnya ia terjatuh pada akhir yang buruk (suul khatimah).”

Allah Swt berfirman: “setan itu tidak mau menolong manusia” (al-Furqan: 29). Suul khatimah tidak akan menimpa diri yang selalu bergantung kepada Allah lahir dan batin. Ucapan dan perbuatannya senantiasa benar. Orang seperti ini tak pernah terdengar mengalami suul khatimah menjelang kematiannya. Suul khatimah hanya terjadi pada orang yang buruk lahir dan batinnya atau amal dan akidahnya. Juga pada orang yang tak segan melakukan dosa besar dan kejahatan. Mungkin kondisi seperti itu telah mengalahkan hatinya sehingga ia mati sebelum sempat bertaubat.[1]  

Oleh karena itu,  seorang berakal patut selalu waspada agar hatinya tidak cenderung kepada yang diharamkan. Seyogyanya ia senantiasa menggerakkan lisan dan badannya untuk selalu ingat kepada Allah dan berusaha selalu taat kepada-Nya pada setiap kesempatan. Semua itu untuk menghadapi suatu saat jika terlewatkan niscaya ia akan sengsara selamanya.[]   


{sumber; buku SEMAKIN TUA SEMAKIN MULIA. Penerbit Zaman. Penulis Aiman Mahmud. Penerjemah Nurhasan Humaedi}.


[1] . Al-Bidayah wa al-Nihayan, Ibnu Katsir: juz 9; hal. 123www.hanivatrjumanmelati.blogspot.com/search/label/KEISLAMAN